*KISAH RASULULLAH ﷺ*

*Bagian 13 - Percakapan dengan Amina*

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima kedatangan mereka dengan rasa heran,

“Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal denganmu?”

“Ya,” jawab Halimah,

“Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya. Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan.”

“Sebenarnya, apa yang terjadi?” tanya Aminah, “berkatalah dengan benar kepadaku.”

Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa berat, “Ada dua orang berbaju putih membawanya ke puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu dari dalam dadanya.”

Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya memandang Aminah, tetapi ia terkejut melihat wajah Aminah demikian tenang.

“Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?” tanya Aminah.

Halimah mengangguk,

“Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga cepat-cepat mengembalikannya kepadamu.”

Aminah menarik napas.

“Demi Allah,” katanya,

“Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan menjadi orang besar di kemudian hari. Ketika aku mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku. Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana Busra di Syam menjadi terang-benderang. Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung yang lebih ringan dan lebih mudah seperti yang kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit.”

Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah menyentuh tangan Halimah dan berkata lembut,

“Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang.”

Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-lagi terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad kepada ibunya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

*Orang-Orang Habasyah*

“Kak, tunggu!” seru Muhammad sambil berlari menuruni bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah 5 tahun. Ia sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu anak-anak Halimah. Mereka sedang menggembala kambing.

“Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!” ujar Syaima, anak perempuan sulung Halimah sambil tertawa.

Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa orang Nasrani dari Habasyah sedang memerhatikan mereka.

“Lihat, Kak! Itu Ibu datang!” seru Muhammad.

Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat Halimah datang menjemput. Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai beberapa bayangan yang sedang mengintai sambil berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar ketika orang-orang Habasyah itu datang mendekat. Tanpa memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati Muhammad.

“Paman mau apa?” tanya Muhammad.

“Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!” perintah salah seorang dari mereka.

Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah itu saling pandang dengan wajah terkejut. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula dan kembali berunding berbisik-bisik.

“Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa yang mereka bicarakan!” kata Halimah kepada Muhammad dan saudara-saudaranya.

Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang Habasyah itu berada dan terkejut mendengar apa yang mereka katakan,

“Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada raja di negeri kita. Kita telah mengetahui seluk beluk tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan anak ini kelak akan menjadi orang besar.”

Diam-diam, Halimah menjauh,

“Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang juga!”

_Bersambung